BAB 1
LITTLE ANGEL SHORT FLY
Lilin menyala berkelip-kelip. Redup dan melambai-lambai ditiup angin yang berhembus, menerpa gorden yang semula terpekur pada bingkai kaca jendela. Gelapnya ruangan itu, malam itu, hanya cahaya lilin yang memelita. Bukan karena listrik mati, atau tak ada lampu yang bisa menerangi. Akan tetapi, lebih karena penghuni kamar itu menyukai suasana seperti itu. Khusus di kamar itu. yang dinikmati seorang diri. Tanpa suara apapun. Bukan sesuatu yang mencekam. Gelap, hening, sunyi. Baik sepanjang malam atau siang, kamar itu tetap gelap. Terang-terang kalau ada seseorang yang bertugas untuk membersihkannya sedang bekerja. Itu hanya sebentar. Dan bisa dipastikan ia bekerja saat penghuni kamar sedang tak ada. Sebab selama Are ada, ia tidak pernah mengijinkan lampu di kamar tidurnya menyala barang sedetik.
Berganti hari, lilin itu akan mati. Digantikan oleh lampu kerlap-kerlip, warna-warni, berdaya rendah, seperti lampu natal. Penghuni kamarnya masih tetap sama. Menikmatinya. Keremangan yang indah, damai. Bergulat dengan mimpi, membayangkan kisah-kisah yang indah yang sudah jadi bagian dari hidupnya. Bagian dari setiap malam-malamnya. Bersembunyi dibalik kelelahannya, kebahagiaannya, kedukaannya, akan berakhir di segenap keterlelapan. Setelah ia melewati harinya yang sunyi dibuatnya. Karena ia bukanlah orang yang banyak bicara. Bicara hanya seperlunya saja.
Keluar dari kamar tidur khususnya, ada kamar belajar. Luasnya standart kamar biasa. Empat kali enam. Di ruang belajar itu, ada enam rak lemari besar yang penuh buku-buku tebal. Rak–rak itu ditata sedemikian rupa di sekeliling ruangan. Kecuali pada salah satu sisi tempat TV. Hampir bisa disebut sebagai perpustakaan pribadi. Pada bagian tengah ruangan, terhampar karpet berwarna abu-abu dengan motif polos. Ada satu set meja belajar dengan ukuran besar dimana di atas meja itu berjajar rapi buku-buku pelajaran sekolahnya. Ada satu set komputer di ujung ruangan. Ada satu unit LCD 32 inch yang tampak bagai lukisan di dinding lengkap dengan player serta play station. Tampak pula boombox di atas atas meja ukuran kecil. Dan kalau diamati lebih jauh, tak ada debu yang menempel pada setiap peralatan di kamar itu. Perfect.
Di sisi sebelah kiri kamar belajar, ada kamar baju. Meskipun bukan artis, Are punya koleksi baju-baju khusus yang begitu banyaknya bila disusun hampir seperti toko baju. Sebenarnya baju-baju itu bukanlah yang menjadi keinginan Are. Are memilikinya bukan karena ia menyukainya, Akan tetapi lebih dibutuhkan karena tuntutan lingkungannya. Yang menempatkannya di rumah itu sebagai putra mahkota. Jadi wajarlah jika yang ada padanya harus tampak sempurna. Segala sesuatu dalam hidupnya seperti dirancang khusus. Segala apa-apa tersedia. Dan ia tinggal menjalankan perannya.
Lebih jauh di rumah itu, kamar dua penghuni yang lain hampir sama. Salah satunya lebih kompleks karena ia yang memiliki rumah itu. Tampak dari luar, arsitekturnya lebih menyerupai kastil dengan perpaduan gaya dari Eropa dan Asia. Dinding-dinding bagian luar, tertutupi oleh tanaman merambat berdaun kecil. Langsung menyatu dengan rumah, berbagai tanaman bunga memenuhi bagian bawah dinding luar. Entah bagaimana kesannya terhadap rumah itu. Kalau rumah lain, bisa dikatakan tak terurus dengan membiarkan tumbuhan sulur merayap di rumah. Namun pada rumah itu, mungkin justru tampak megah. Dengan ukurannya yang besar, bentuknya yang berseni serta kebersihannya yang terjaga.
Namanya juga kastil. Dengan langit-langit yang begitu tinggi. Memiliki hallroom yang luas. Kamar-kamar yang besar dan banyak. Uniknya, di rumah itu bisa disebut juga sebagai rumah pembantu. Kebanyakan yang tinggal disitu adalah pembantu yang bertugas membersihkan setiap detail rumah besar itu. Bahkan juga di sekeliling rumah. Taman rumput seluas lapangan golf, kebun, tempat parkir, kolam renang, serta rumah bunga kepunyaan nona muda. Bedanya kebun dengan rumah bunga, kalau di kebun tanaman-tanamannya tumbuh langsung dari tanah. Sementara rumah bunga, bentuknya kubus, dindingnya berupa teralis dan atapnya berupa kerangka tr
Senin, 02 November 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar